Langsung ke konten utama

Ber-Etika: Menciptakan Ketenangan Hati

Assalamualaikum teman-teman! 
Woy! 
Aku balik lagi, dong :p

Senangnya bisa coret-coret blog lagi,  hehe. 
Oiya! Hari ini malam senin kan, ya? Ada yang besok kerja? Sekolah? Kuliah? Wow! Semangat dong buat sambut hari esok? Semangat pastinya! 

Ngomongin besok, jadi inget sesuatu. Hmm... 
Besok tanggal 15 April, kan? Ehe eheee

AKU ULANG TAHUN!!!!! WIDIWIDIWIDIIII TUAAAAAKK!!! SELAMAT ULANG TAHUN AKU 😭😂😂
Aku mau bilang terimakasih dulu deh, sebelum ada yang ngucapin. Jadi, besok gak perlu lagi bilang makasii. Hehe bercanda gais!

Sebenernya aku balik di blog ini bukan untuk ngucapin HBD ke diriku sendiri sedini mungkin, sih. Aku mau cerita-cerita singkat lagi tentang "kuliah etika", ya walaupun ceritaku agak gak jelas dan yaudahlah yaa... 

Senin lalu, perkuliahan kami bahas tentang kasus-kasus yang sering dihadapi guru-guru di sekolah. Fyi sebelum mulai "menceritakan kembali" aku mau ngingetin kalo kalian jangan sampe lupa, aku ini "bukan pengingat yang baik". Hehe


Kasus kayak gimana sih, Ras? 
Singkat ceritanya gini, misalkan aku ini guru sebut aja "Bu Jisoo". Duh maaf kalo critanya sedikit banyak berbeda yaa... 

Bu Jisoo ini guru baru di SMA blackpink. Nah, ketika evaluasi dan penilaian hasil ujian peserta didik Bu Jisoo mendapati nilai-nilai yang diperoleh peserta didik sangat rendah. Seperti yang kita semua tau, kalo hasil nilai yang akan tercantum nantinya seperti di raport adalah nilai ujian yang telah di akumulasi oleh nilai lain, baik nilai harian maupun nilai sikap, psikomotor dan lain sebagainya. Singkat cerita, Bu Jisoo melaporkan "nilai rendah" yang didapati murid ini kepada kepala sekolah. Alhasil kepala sekolah cukup terkejut, lalu bilang ke Bu Jisoo tentang bagaimana kalau nilai peserta didik ditambahkan hingga mencapai lebih dari KKM dan mendapat nilai bagus semua. (Aku cerita apa sebenernya :()

Gimana kalo kalian jadi Bu Jisoo? Kalian di perintah oleh kepala sekolah kalian sebagai seorang pimpinan/atasan untuk melakukan itu, di sisi lain kalian udah punya standar penilaian? How? Trus apa yang bakalan kalian lakukan kalau kalian ada di posisi Bu Jisoo? Kalian akan menjelaskan darimana nilai-nilai tersebut di dapatkan dan mencantumkan nilai sesungguhnya atau gimana? Atau tetap memilih melakukan perintah kepala sekolah, dengan alasan bukan hanya untuk kebaikan peserta didik atau guru, melainkan juga akreditasi sekolah? 

Kalau aku yang jadi Bu Jisoo, aku akan tetap memberikan nilai yang sebenarnya. Kenapa Ras kok jahat banget? 
No! Gak jahat! 
Gunanya nilai buat apa, sih? Buat evaluasi, kan? Lalu, apa dengan tidak memberikan nilai asli dan atau menambahkan nilai maka tujuan dari evaluasi itu tercapai? Engga, kan? 

Aku pribadi, kalo jadi peserta didik lebih memilih untuk ditunjukkan aja nilai sebenarnya. Ini kan yang harus jadi bahan evaluasiku, supaya kedepannya bisa lebih baik lagi. Lagian, misal aku emang gak bisa mengerjakan soal tertentu atau mata pelajaran tertentu, trus tiba-tiba nilai yang keluar tinggi. Waw! Gak ada bangganya sama sekali :(

Mungkkn, kalo aku guru yang memang harus memberi tambahan nilai, aku akan kasih pelajaran tambahan atau remidial ke peserta didik yang punya nilai rendah. Bukan tanpa alasan menaikkan nilai, gitu. Dan, sebelumnya pasti aku kasih tau, ini loh nilai kalian yang sebenarnya. Pastinya menolak perintah kepala sekolah dengan itu semua. 

Jadi guru itu tentang gimana kita bisa jadi teladan, idola, orang tua, dan mendidik segala hal yang mulia. Selagi kita melakukan hal yang 'benar' dan 'bijak', untuk apa takut dengan sikap tidak suka dari orang lain, komentar buruk, dan di benci? Kita melakukan hal yang benar kok. Ya, otu bumbu-bumbu kehidupan aja, sih. Kan kita gak bisa buat orang suka dengan kita, kan? 

Aku punga quotes dari buku Dedy Susanto yang berjudul "Pemulihan Jiwa 4", gini:

"Di mana pun kita berada, pasti akan ada orang yang tidak menyukai kita. Itu alami, jadi dimaklumi saja, jangan dianggap beban".

Percayalah, tidak apa-apa untuk melakukan hal 'benar' dan 'bijak', kemudian mendapat cibiran dari orang lain. Dengan melakukan itu semua, ada 'ketenangan hati' tersendiri. 
Jangan ragu, jangan takut! 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Film Bad Genius: Dalam Bingkai Moral Value

S àwàddee ká   Happy Sunday, guys! Kembali lagi dengan aku, Laras. Hm, semakin kesini kayaknya blog ini udah makin terawat, deh. Alhamdillah ke isi sama tugas-tugas hehehe. Nah, kali ini aku bakalan bahas tentang salah satu Film Thailand yang disenangi banyak orang pada zamannya, bahkan sampai sekarang. Apakah itu? Yak betul, Bad Genius . Ada yang udah pernah nonton? Film Bad Genius adalah film produksi Thailand yang tayang perdana pada 3 Mei 2017 lalu. Suguhan aksi-aksi dalam film ini memikat penontonnya hingga dunia internasional. Film ini digadang-gadang sebagai film yang paling sukses dalam sejarah perfilman Thailand. Kalau bahas Bad Genius , gak seru nih kalo gak bahas, "siapa aja sih tokoh di balik film ini?". Ya, kan? Yang pertama, Chutimon Chuengcharoensukying yang berperan sebagai Lynn. Kedua, Eisaya Hosuwan sebagai Grace. Ketiga , Chanon Santinatornkul sebagai Bank. Dan keempat, Teeradon Supapunpinyo sebagai Pat. Nah, itu dia to

Catatanku Tentang Bandung, Baduy, dan Kalian

Annyeonghaseyo yeorobun... Jeoneun Yayas imnida :v Yayas is back! *dadah dadah* Kali ini aku disini, di blog yang sudah berdebu ini akan sedikit berbagi cerita tentang perjalanan, pengalaman, dan pelajaran selama Kuliah Kerja Lapangan di Tanah Sunda, tepatnya di Kota Bandung dan Pedalaman Baduy Banten. Sebenarnya di bagian “ sedikit berbagi cerita ” perlu ada tambahan kata “ yang aku ingat ” haha karena aku bukan pengingat yang baik. Ok, mengulangi, aku akan sedikit berbagi cerita yang aku ingat niii! Mungkin bagi teman-teman Pendidikan Sosiologi 2017 yang lain, berada di Tanah Sunda adalah kali pertama mereka, tapi untuk aku pribadi yang notabene domisili Bogor, ya sudah biasa “ melewati ” Bandung dan Banten hm. For your information , cerita selama perjalan di bus akan sangat sedikit, karena aku ini pelor alias nempel molor. Jadi ya di saat teman-teman tidur, aku tidur dan di saat teman-teman bangun, aku masih tidur. Bisa dibilang, “ aku hanya melihat kegelapan dan hitam

Resensi Buku Yang Berjudul Masalah Sosial dan Pembangunan

Masalah Sosial Dan Pembangunan Identitas Buku Judul Buku                   : Masalah Sosial Dan Pembangunan Pengarang                    : Drs. Soetomo Penerbit                        : PT Dunia Pustaka Jaya Cetakan                        : Pertama Tahun Terbit                 : 1995 Tebal Halaman             : viii + 192 halaman ISBN                            :979-419-163-9:   Sinopsis Buku Masalah sosial merupakan suatu fenomena sosial yang mempunyai berbagai dimensi. Pada umumnya masalah sosial ditafsirkan sebagai suatu kondisi yang tidak diinginkan oleh sebagian besar warga masyarakat. Hal itu disebabkan karena gejala tersebut merupakan kondisi yang tidak sesuai   dengan harapan atau tidak sesuai dengan norma dan nilai serta standar moral yang berlaku. Suatu kondisi juga dapat dianggap sebagai masalah sosial karena menimbulkan berbagai penderitaan dan kerugian baik fisik maupun non fisik. Penulis dalam buku ini membagi masalah sosial menjadi tiga