Langsung ke konten utama

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004
Larasati Nur Kholisa

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 merupakan salah satu kurikulum pendidikan yang pernah diterapkan di Indonesia pada tahun 2004. Dalam dokumen kurikulum 2004 dirumuskan bahwa KBK merupakan perangkat rencana dan peraturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan (Depdiknas 2002). Dalam hal materi, KBK 2004 memiliki perbedaan dengan kurikulum yang telah diterapkan sebelumnya yaitu Kurikulum 1994. Pada Kurikulum 1994, peserta didik dikondidikan dengan sistem caturwulan, yakni pembagian satu tahun menjadi tiga tahap. Sementara dalam KBK 2004 para peserta didik dikondisikan dengan  sistem semester yaitu pembagian satu tahun menjadi dua tahap. Jika sebelumnya peserta didik hanya belajar pada isi materi pelajaran saja dengan menerima materi dari guru saja, pada KBK 2004 peserta didik dituntut aktif dalam mengembangkan keterampilan guna menerapkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang kian berkembang pesat. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator . Dalam kegiatan di kelas, para peserta didik merupakan subjek, bukan objek dan setiap kegiatan yang dilakukan peserta didik di barengi dengan penilaian.

KBK sebagai sebuah kurikulum memiliki tiga karakteristik utama, yaitu pertama, memuat sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya peserta didik diharapkan memiliki kemampuan standar minimal yang harus dikuasai. Terdapat empat KD yang harus dimiliki sesuai dengan tuntutan KBK:

  1. Kompetensi akademik, yakni peserta didik harus memiliki pengetahuan dan keteramp]lan dalam menghadapi persoalan dan tantangan hidup secara mandiri,
  2. Kompetensi okupasional, yakni peserta didik haus memiliki kesiapan dan mampu berhadaptasi terhadap dunia kerja
  3. Kompetensi kultural, yakni peserta didik harus mampu menempatkan diri sebaik-baiknya dalam sistem budaya dan tata nila masyarakat pluralistik, dan
  4. Kompetensi temporal, yakni peserta didik tetap eksis dalam menjalani kehidupannya, serta mampu memanfaatkan ketiga kemampuan dasar yang telah dimiliki sesuai dengan perkembangan zaman.
Kedua,  implementasi pembelajaran dalam KBK menekankan pada proses pengalaman dengan memerhatikan keberagaman yang ada pada individu. Pembelajaran diarahkan pada bagaimana materi pelajaran dapat menunjang dan memengaruhi kemampuan berpikir dan kemampuan bertindak dalam kegiatan sehari-hari, bukan hanya diarahkan untuk menguasai materi pelajaran. Ketiga, evaluasi dalam KBK menekankan pada proses dan hasil belajar, tidak hanya mengukur aspek pengetahuan saja, tetapi juga sikap dan keterampilan.

Tujuan dari KBK adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk menghadapi perannya dimasa mendatang dengan mengembangkan berbagai life skill. Pada KBK, model admpnistratif yang digunakan sama dengan model administratif yang digunakan pada kurikulum sebelumnya atau kurikulum  1994, yakni model up to down. Pemerintah pusatlah yang menyusun atau mengembangkan kurikulum yang kemudian dijalankan oleh setiap satuan pendidikan.

Kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada mengeksplorasi kemampuan/potensi peserta didik secara optimal, mengkontruksi apa yang dipelajari dan mengupayakan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. KBK berupaya mengkondisikan setiap peserta didik agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Proses penyampaian materi harus bersifat kontekstual dengan mempertimbangkan faktor kemampuan, kondisi lingkungan, sumber daya, aturan, dan pengaplikasian berbagai kinerja.

Kurikulum 2004 (KBK) merupakan kurikulum uj coba, dmana belum ada legalitas formal dalam pelaksanaannya karena tidak adanya permendiknas. Dalam pelaksanaan kurikulum 2004, guru tidak hanya mengajar dengan metode ceramah melainkan dengan menggunakan berbagai metode yang lebih bervariasi.

Pada hakikatnya, setiap kurikulum pendidikan yang di terapkan memiliki kelebihan dan kekurangan. Begitu pun halnya dengan kurikulum 2004 yang pernah diterapkan di Indonesia. Adapun kelebihan dan kekurangan pada kurikuum 2004 diantaranya sebagai berikut.

Kelebihan Kurikulum 2004 (KBK) 
  • Kompetensi peserta didik bukan pada penekanan penguasaan konten mata pelajaran , melainkan pada setiap aspek mata pelajaran,
  • KBK berfokus pada hakikat peserta didik dalam mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki tiap-tiap peserta didik sehingga bersifat alamah atau kontekstual. Dalam hal ini, peserta didik merupakan subjek belajar, proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk suatu kinerja dan terdapat pengalaman berdasar pada standar kompetensi tertentu yang berlaku, bukan sekedar trannsfer pengetahuan (transfer of knowledge).
  • Kegiatan belajar mengajar atau pengajaran berpusat pada peserta didik (student oriented). Peserta didik dapat secara bebas mengekspresikan dirinya dalam kegiatan belajar mengajar, baik dengan berbicara dan mendengar, belajar melalui pengamatan, dan belajar memecahkan suatu masalah dengan memanfaatkan seluruh indra yang dimiliki. Pengalaman-pengalaman tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan seperti berpikir, mengingat, merasa, mengindra, berimajinasi, membuat kesimulan, menganalisis, dan menguraikan sesuatu.
  • Guru memiliki kewenangan dalam menyusun silabus sendiri disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan, serta kebutuhan di sekolah/daerah masing-masing sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan.
Kelemahan Kurikulum 2004 (KBK)
  • Konsep kurikulum pendidikan dalam KBK sering kali mengalami perubahan, termasuk pada urutan SK dan KD. Hal ini menyebabkan guru kesulitan dalam merancang pembeajaran yang berkelanjutan.
  • Dalam kurikulum dan hasil belajar, indikator telah disusun oleh pusat. Padahal, sebaiknya indikator disusun oleh guru, sebab gurulah yang pada realitanya lebih tahu menahu mengenai kondisi dan latar belakang peserta didik serta kondisi lingkungan yang akan berpengaruh pada kebutuhan apa saja yang dibutuhkan dalam setiap proses belajar dan mengajar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Film Bad Genius: Dalam Bingkai Moral Value

S àwàddee ká   Happy Sunday, guys! Kembali lagi dengan aku, Laras. Hm, semakin kesini kayaknya blog ini udah makin terawat, deh. Alhamdillah ke isi sama tugas-tugas hehehe. Nah, kali ini aku bakalan bahas tentang salah satu Film Thailand yang disenangi banyak orang pada zamannya, bahkan sampai sekarang. Apakah itu? Yak betul, Bad Genius . Ada yang udah pernah nonton? Film Bad Genius adalah film produksi Thailand yang tayang perdana pada 3 Mei 2017 lalu. Suguhan aksi-aksi dalam film ini memikat penontonnya hingga dunia internasional. Film ini digadang-gadang sebagai film yang paling sukses dalam sejarah perfilman Thailand. Kalau bahas Bad Genius , gak seru nih kalo gak bahas, "siapa aja sih tokoh di balik film ini?". Ya, kan? Yang pertama, Chutimon Chuengcharoensukying yang berperan sebagai Lynn. Kedua, Eisaya Hosuwan sebagai Grace. Ketiga , Chanon Santinatornkul sebagai Bank. Dan keempat, Teeradon Supapunpinyo sebagai Pat. Nah, itu dia to

Catatanku Tentang Bandung, Baduy, dan Kalian

Annyeonghaseyo yeorobun... Jeoneun Yayas imnida :v Yayas is back! *dadah dadah* Kali ini aku disini, di blog yang sudah berdebu ini akan sedikit berbagi cerita tentang perjalanan, pengalaman, dan pelajaran selama Kuliah Kerja Lapangan di Tanah Sunda, tepatnya di Kota Bandung dan Pedalaman Baduy Banten. Sebenarnya di bagian “ sedikit berbagi cerita ” perlu ada tambahan kata “ yang aku ingat ” haha karena aku bukan pengingat yang baik. Ok, mengulangi, aku akan sedikit berbagi cerita yang aku ingat niii! Mungkin bagi teman-teman Pendidikan Sosiologi 2017 yang lain, berada di Tanah Sunda adalah kali pertama mereka, tapi untuk aku pribadi yang notabene domisili Bogor, ya sudah biasa “ melewati ” Bandung dan Banten hm. For your information , cerita selama perjalan di bus akan sangat sedikit, karena aku ini pelor alias nempel molor. Jadi ya di saat teman-teman tidur, aku tidur dan di saat teman-teman bangun, aku masih tidur. Bisa dibilang, “ aku hanya melihat kegelapan dan hitam

Resensi Buku Yang Berjudul Masalah Sosial dan Pembangunan

Masalah Sosial Dan Pembangunan Identitas Buku Judul Buku                   : Masalah Sosial Dan Pembangunan Pengarang                    : Drs. Soetomo Penerbit                        : PT Dunia Pustaka Jaya Cetakan                        : Pertama Tahun Terbit                 : 1995 Tebal Halaman             : viii + 192 halaman ISBN                            :979-419-163-9:   Sinopsis Buku Masalah sosial merupakan suatu fenomena sosial yang mempunyai berbagai dimensi. Pada umumnya masalah sosial ditafsirkan sebagai suatu kondisi yang tidak diinginkan oleh sebagian besar warga masyarakat. Hal itu disebabkan karena gejala tersebut merupakan kondisi yang tidak sesuai   dengan harapan atau tidak sesuai dengan norma dan nilai serta standar moral yang berlaku. Suatu kondisi juga dapat dianggap sebagai masalah sosial karena menimbulkan berbagai penderitaan dan kerugian baik fisik maupun non fisik. Penulis dalam buku ini membagi masalah sosial menjadi tiga